Jumat, 19 September 2008

Ekonomi Petani Sawit; Menuju kesejahteraan atau kehancuran?

Oleh : Darto Alsy Hanu

Pembahasan tentang ekonomi petani sawit menjadi pembahasan yang menarik karena terkait dengan proyeksi pemerintah untuk perkebunan kelapa sawit skala besar hingga 20 juta hektare pada tahun-tahun yang akan datang, pembukaan lapangan kerja dan kesejahteraan petani yang terlibat dalam industri itu. Ini disebabkan oleh banyaknya permintaan akan CPO dalam negri untuk diolah menjadi biodiesel dan barang-barang lainnya dari pasar-pasar asing. Upaya pemerintah ini tentunya didukung penuh oleh perusahaan perkebunan sebagai sektor pengembang. Untuk menjustifikasi program tersebut, pemerintah menjual “kesejahteraan ekonomi” petani sawit untuk memuluskan program yang selaras dengan permintaan pasar dunia baik dengan program revitalisasi perkebunan maupun perluasan perkebunan yang berada di luar program tersebut.

Pada sektor lainnya, khususnya perolehan tanah untuk pembangunan perkebunan skala besar, dalam beberapa pengalaman selama beberapa dekade politik, perolehan tanah untuk pembangunan perkebunan untuk perusahaan, selalu di tentang oleh masyarakat adat/lokal yang melakukan tindakan perampasan/tanpa pemberitahuan atau tanpa rencana komunitas untuk menyetujui atau tidak. Proses-proses yang beradab/berkeadilan jarang dilakukan sehingga banyak terdapat konflik. Catatan sawit watch terdapat sebanyak 513 konflik di komunitas (sawit watch 2007).

Selain perusahaan tidak melakukan proses beradab/berkeadilan dalam pembangunan perkebunan, juga pada sektor pemerintah (yang bermasalah) sebagai pemicu dengan mengeluarkan ijin ratusan hingga jutaan Ha untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit tanpa melakukan cek kawasan atau persetujuan masyarakat. Ini disebabkan oleh buruknya tata kelola pemerintahan (bad governance). Sutoro Eko (2004) menyebutkan Permasalah dalam birokrasi (bad governance) beberapa hal; 1). kapasitas aparatus pemerintah yang mengeluarkan ijin,2). KoKoNep=korupsi, kolusi dan nepotisme, 3). Lembaga politik seperti DPR/DPRD yang tidak bekerja maksimal dan terdapat banyak representasi pengusaha 4). Akuntabilitas dan transparansi birokrasi. Beberapa point bad governance ini sebagai pemicu pengeluaran ijin begitu mudah tanpa proses/mekanisme yang berkeadilan/beradab yang kemudian mengakibatkan konflik sosial (vertikal dan horisontal).

Peran sentral pemerintah tersebut, mengakibatkan hilangnya tempat berpijak; kawasan kelola rakyat seperti tempat berladang hutan sebagai sumber hidup sehari-hari. Catatan Nordin dari Save Our Borneo, mengalihfungsikan kawasan kelola rakyat untuk perkebunan sawit telah menghilangkan pendapatan masyarakat sebesar Rp. 500.000 hingga Rp. 700.000.

Pemerintah dalam konteks mendukung pembukaan perkebunan, selalu menjanjikan kesejahteraan rakyat melalui kebun plasma. Sehingga terdapat banyak masyarakat termobilisasi dalam industri ini. Pada sisi lain khususnya petani sawit yang sudah terlebih dahulu mengembangkan sawit, memiliki persoalan dalam kehidupan ekonominya. Ke depan, kesejahteraan petani sawit masih bersifat paradoks, yang susah diterka menuju kemajuan atau akan mundur, seperti kehidupan ekonomi petani di PIR LOK dan PIR TRANS.

Kondisi ekonomi petani sawit terutama PIR-LOK, terdapat masalah pokok yakni hilangnya lahan pangan untuk ditanami sayur, padi dan kacang-kacangan. Pengembangan sawit yang menggunakan haamparan luas oleh perusahaan, memaksa lahan pangan untuk sumber ekonomi masyarakat diserahkan untuk kawasan perkebunan milik perusahaan. Sehingga seluruh kebutuhan sehari-hari termasuk makan dan minum, harus dibeli. Ini banyak terjadi di masyarakat dayak Paser Kalimantan Timur yang bermitra dengan PTPN 13 dan saat ini pula terjadi di masyarakat Kutai Timur khususnya di kecamatan kombeng, dan muarawahau sebagai kawasan perkebunan terbesar di kutai timur serta juga terjadi di Sanggau Kalimantan Barat.

Selain di PIR-LOK juga terjadi di petani PIR-TRANS. Walaupun terdapat pembagian lahan pangan sebesar 0,75 ha oleh pemerintah namun lahan ini juga telah dikembangkan untuk sawit sebagai penambahan ekonomi petani dari lahan plasma 2 ha. Petani PIR-TRANS di paser misalnya, mengalihkan lahan pangan untuk sawit mandiri disebabkan oleh harga TBS pada tahun 1987-2000, berkisar Rp.350 hingga Rp.700, selain itu tekanan krisis ekonomi pada tahun 1998 serta potongan kredit sebesar 30 % untuk membayar hutang pembangunan kebun plasma dari land clearing - tanaman menghasilkan serta bunga Bank.

Tabel 1.1

kebutuhan hidup petani sawit saat ini.

No

kebutuhan Petani (bulan)

Pengeluaran dalam bentuk Rupiah

Keterangan

1

Kebutuhan Rumah Tangga.

1.500.000

Semua kebutuhan ekonomi rumah tangga petani harus di beli. seperti misalnya beras, sayur dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

2

Pupuk

500.000

Pupuk bersubsidi saat ini susah diperoleh petani, sehingga pupuk non subsidi yang selalu digunakan oleh petani sawit. Jika harga pupuk subsidi sebesar Rp.90.000/zak maka pupuk yang non subsidi yang berkembang saat ini adalah 250.000 – 500.000 untuk 50 kg. Untuk 2 ha kebun sawit biasanya (usia 15-25 thn) sebesar 20 zak pupuk (1 zak 50 kg) dengan dua kali pemupukan setahun. Untuk umur pokok sawit 15-25 tahun biasanya menggunakan dosis 2,5 kg hingga 3 kg/pokok. Jadi untuk umur 15-25 tahun akan menggunakan 12 zak dalam sekali pemupukan. Jika terdapat 2 kali pemupukan setahun maka kebutuhan pupuk untuk satu kapling sebesar 24 zak. Dan uang yang akan dibutuhkan untuk membeli 24 zak tersebut sebesar Rp. 6.000.000/tahun. Dan pengelaran petani untuk perbulan sebesar Rp. 500.000.

3

Pestisida

100.000

Pestisida di gunakan oleh petani untuk mengontrol alang-alang yang biasa dilakukan 2 kali setahun.

4

Buruh Panen

300.000

Buruh panen sebagai pembantu petani dalam memanen sawit. Sebenarnya ini bisa dilakukan sendiri oleh petani pemilik kebun, namun pekerjaan dalam memanen begitu susah apalagi jika sawit sudah meninggi (tahun 18 -25), dan pemilik kebun (petani) sudah berusia Tua, sehingga dibutuhkan buruh panen yang jumlahnya satu hingga dua orang.

5

Pengangkutan TBS

250.000

Biaya pengangkutan TBS selalu disesuaikan dengan kenaikan BBM.

6

Transportasi

300.000

Transportasi diperuntukkan aktivitas sehari-hari petani sawit juga operasionalnya disesuaikan dengan kenaikan harga BBM.

7

Pendidikan

1000.000

Pendidikan untuk anak petani, SD-Kuliah. Ini akan sangat dibantu jika terdapat program pemerintah untuk sekolah gratis dari SD-Kuliah.

8

Kesehatan

100.000

Kesehatan untuk keluarga.

9

Perumahan

50.000

Pembangunan dan renovasi

10

Potongan kredit

30 %

Sumber; disari dari beberapa petani sawit, paser kaltim, kutim kaltim, Merangin Jambi, tanjabar jambi, sekadau kalbar, Sanggau Kalbar dan Rohul riau.

Melihat pendaftaran pengeluaran petani tersebut di atas, menunjukkan bahwa ongkos hidup petani sawit sangat tinggi dan bahkan sama dengan ongkos hidup masyarakat di wilayah perkotaan. Persamannya pada Semua kebutuhan sehari-hari harus di beli. Kebutuhan akan air minum sepeti misalnya di beberapa desa di kecamatan muara wahau kutai timur kalimantan timur harus membeli air karena sungai wehea sebagai sumber kehidupan mereka tercemar oleh limbah sawit dari pabrik milik perusahaan.

Di pihak lain, permintaan CPO dunia yang meningkat tidak memberikan effek ekonomi bagi kehidupan ekonomi petani sawit yang sangat bergantung kepada harga TBS (tandan Buah Segar). Permintaan dunia yang meningkat itu, justru membuat kehidupan ekonomi petani susah di baca, menuju kesejahteraan atau kehancuran. Karena beberapa perkembangan harga pada dalam tahun 2008, harga TBS fluktuatif atau naik turun, bahkan tidak dapat disesuaikan kondisi ekonomi indonesia di mana harga BBM (bahan bakar minyak) meningkat.

Harga TBS Petani (yang tidak menentu kestabilannya)

di masing-masing Provinsi Mei – September 2008

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Kab. Paser Kaltim (Rp)

1.601,28

1.585,30

1.632,62

1.636,59

1.579,19

Kab. Kutai Timur Kaltim (Rp)

1.407

1.484

1.484

1.349

Kab.Rohul Riau (Rp)

1.800

2.000

2.100

1.100

1.150

Kab.Sekadau Kalbar (Rp)

1.645

1.639

1.768

1.707

1.521

Kab. Sanggau Kalbar (Rp)

1639,97

1769,77

1707,20

1521,12

1217,04

Kab.Merangin Jambi (Rp)

1.270

1.205

Sumber; Kab. Paser; SPKS Paser-Kanisius tereng, Petani kutim; Luth, Rohul riau; SPKS Rohul-situmorang, Sekadau; SPKS Sekadau- Arifin-, Sanggau; SPKS Sanggau- Cion Alexander, Merangin; SPKS Merangin

Tabel tersebut di atas menunjukkan ketidakstabilian harga yang di alami oleh petani sawit. Dapat dilihat dalam tabel tersebut adalah harga untuk bulan yang sama antara masing-masing provinsi atau antara kabupaten dalam satu provinsi memiliki harga yang berbeda-beda. Perbedaan harga bisa mencapai 30 % (lihat perbedaan harga bulan agustus di kabupaten paser dan kutai timur dalam satu provinsi). Fluktuasi harga juga terjadi sangat tajam di riau, pada bulan juli mendapatkan harga TBS Rp. 2.100 namun pada bulan agustus harganya turun menjadi Rp. 1.100. Dapat pula dilihat fluktuasi harga untuk masing-masing kabupaten di masing-masing provinsi dengan harga yang turun-naik.

Ketidakjelasan dalam pengaturan harga TBS yang di atur oleh pasar dan juga di atur oleh negara melalui merumuskan harga TBS, menjadi faktor pokok ketidakjelasan harga TBS. Bahkan dalam beberapa situasi tertentu, misalnya terjadi kenaikan harga BBM, pemerintah melakukan penyesuaian terhadap UMK (Upah Minimum Kota/Kabupaten atau UMSP (Upah Minimum sektor perkebunan), namun pemerintah melupakan menentukan Harga standar terendah TBS untuk petani sawit. Kalau di fikirkan, kondisi petani sawit yang masih tertunggak oleh beban kredit belum sepenuhnya menguasai langsung kebun 2 ha namun masih sebagai buruh tani sementara. Besarnya intervensi perusahaan di dalam team penentuan harga di tingkat provinsi memberikan dampak kurang menguntungkan bagi harga TBS petani ketika dalam kondisi ekonomi rapuh.

Dalam kajian peneliti LIPI Laila Nagib (2005), kesejahteraan petani sawit ditentukan oleh tiga aspek. 1). Luasan lahan, 2). Hasil produksi, 3). Harga TBS. Di tingkat petani sawit, kalau menggunakan aspek luasan lahan dengan 4 ha kebun plasma (seperti rekomendasi dalam program revitalisasi perkebunan) juga kurang relefan untuk memacu kesejahteraan petani. Karena ongkos produksi untuk luasan lahan lebih dari 2 ha tersebut sangat tinggi serta besarnya akad kredit. Jika menggunakan pemikiran ini, semakin luas kebun plasma maka akan semakin besar pula akad kredit dan biaya pemeliharaannya. Sehingga pemikiran kesejahteraan petani sawit dengan memperluas kebun plasma sangat tidak memungkinkan bagi kesejahteraan petani sawit. Kesejahteraan petani yang ada saat ini karena ditopang oleh kebun swadaya yang bebas kredit. Karena kebun plasma yang diperoleh seluas 2 ha, sangat tidak mampu menopang hidup petani dalam situasi ekonomi sulit seperti sekarang ini. Begitupun halnya hasil produksi. Produksi yang maksimal di pengaruhi oleh tingkat pemeliharaan (pupuk dan perawatan yang intens). Sementara situasi saat ini (selama 2008), pupuk sulit diperoleh petani sawit sehingga petani mengurangi dosis pemupukan yang kemudian produksi menurun. Hal yang sangat mempengaruhi kesejahteraan petani sawit adalah Harga TBS untuk menunjang aspek pemeliharaan dalam mencapai tingkat produksi yang maksimal. Selain harga TBS, juga harus ditunjang oleh kredit murah atau memandirikan petani sawit dengan menguasai atau mengelola langsung kebunnya tanpa avalis. Karena harga TBS dari 2 ha yang diperoleh petani sawit akan di potong 30 % (jika terdapat avalis) untuk pembayaran kredit BANK. kredit tersebut biasanya akan lunas pada usia tanam mencapai tahun ke 18 atau bahkan hingga usia tanam ke-24 seperti yang dialami oleh petani sawit di kabupaten Paser Kaltim.

Dengan melihat persoalan ekonomi petani sawit tersebut di atas, Upaya pembaharuan sistem perkebunan kelapa sawit skala besar menjadi point pokok yang harus diperjuangkan saat ini. Karena terdapat relefansi yang sangat akurat antara terbelenggunya ekonomi petani sawit dengan sistem perkebunan kelapa sawit skala besar saat ini. Dalam jangka pendek, dibutuhkan intervensi langsung pemerintah untuk mendesain kembali sistem penentuan harga, dan sangat di harapkan pemerintah di tingkat provinsi dan pusat dapat pula menentukan standar minimal harga TBS untuk tiap tahunnya. Karena persoalan pokoknya pada masalah ekonomi petani sawit adalah juga aspek pengelolaannya oleh perusahaan, maka orientasi jangka panjang adalah merubah tata niaga perkebunan tersebut yang monoploistik dan berusaha memandirikan petani sawit dalam aspek penguasaan sumber daya kebun dan menguasai teknologi. Sehingga petani dapat sejahtera.

1 komentar:

master togel mengatakan...

KISAH NYATA..............
Ass.Saya ir Sutrisno.Dari Kota Jaya Pura Ingin Berbagi Cerita
dulunya saya pengusaha sukses harta banyak dan kedudukan tinggi tapi semenjak
saya ditipu oleh teman hampir semua aset saya habis,
saya sempat putus asa hampir bunuh diri,tapi saya buka
internet dan menemukan nomor Ki Kanjeng saya beranikan diri untuk menghubungi beliau,saya di kasih solusi,
awalnya saya ragu dan tidak percaya,tapi saya coba ikut ritual dari Ki Kanjeng alhamdulillah sekarang saya dapat modal dan mulai merintis kembali usaha saya,
sekarang saya bisa bayar hutang2 saya di bank Mandiri dan BNI,terimah kasih Ki,mau seperti saya silahkan hub Ki
Kanjeng di nmr 085320279333 Kiyai Kanjeng,ini nyata demi Allah kalau saya tidak bohong,indahnya berbagi,assalamu alaikum.

KEMARIN SAYA TEMUKAN TULISAN DIBAWAH INI SYA COBA HUBUNGI TERNYATA BETUL,
BELIAU SUDAH MEMBUKTIKAN KESAYA !!!

((((((((((((DANA GHAIB)))))))))))))))))

Pesugihan Instant 10 MILYAR
Mulai bulan ini (juli 2015) Kami dari padepokan mengadakan program pesugihan Instant tanpa tumbal, serta tanpa resiko. Program ini kami khususkan bagi para pasien yang membutuhan modal usaha yang cukup besar, Hutang yang menumpuk (diatas 1 Milyar), Adapun ketentuan mengikuti program ini adalah sebagai berikut :

Mempunyai Hutang diatas 1 Milyar
Ingin membuka usaha dengan Modal diatas 1 Milyar
dll

Syarat :

Usia Minimal 21 Tahun
Berani Ritual (apabila tidak berani, maka bisa diwakilkan kami dan tim)
Belum pernah melakukan perjanjian pesugihan ditempat lain
Suci lahir dan batin (wanita tidak boleh mengikuti program ini pada saat datang bulan)
Harus memiliki Kamar Kosong di rumah anda

Proses :

Proses ritual selama 2 hari 2 malam di dalam gua
Harus siap mental lahir dan batin
Sanggup Puasa 2 hari 2 malam ( ngebleng)
Pada malam hari tidak boleh tidur

Biaya ritual Sebesar 10 Juta dengan rincian sebagai berikut :

Pengganti tumbal Kambing kendit : 5jt
Ayam cemani : 2jt
Minyak Songolangit : 2jt
bunga, candu, kemenyan, nasi tumpeng, kain kafan dll Sebesar : 1jt

Prosedur Daftar Ritual ini :

Kirim Foto anda
Kirim Data sesuai KTP

Format : Nama, Alamat, Umur, Nama ibu Kandung, Weton (Hari Lahir), PESUGIHAN 10 MILYAR

Kirim ke nomor ini : 085320279333
SMS Anda akan Kami balas secepatnya

Maaf Program ini TERBATAS .